Pengusaha Kuliner Perlu Pintar Kelola Finansial Usaha Agar Usaha Sukses & Bertumbuh
Pengusaha Kuliner Perlu Pintar Kelola Finansial Usaha Agar Usaha Sukses & Bertumbuh
Usaha komersial bidang apapun, termasuk kuliner, maka ujung-ujungnya akan memiliki tujuan untuk sukses meraih keuntungan secara berkelanjutan (sustainable). Inilah bagian dari kinerja Finansial (keuangan) yang harus dikelola oleh pengusaha kuliner, yang seringkali disalahartikan bahwa Finansial itu adalah akunting, yaitu pencatatan dan pembuatan laporan keuangan. Mengapa?
Tak lain karena kebanyakan pengusaha kuliner berlatar belakang bukan orang yang berpendidikan atau sebelumnya pernah mengelola pekerjaan di bidang keuangan, walau ada juga yang berasal dari sana. Di awal usaha mereka berfokus pada produksi produk kuliner yang bisa disukai pasar agar usaha berjalan, dan karenanya hanya fokus maksimal pada mencatat laporan uang masuk dan uang keluar, namun kadang ada banyak juga yang mengabaikan aspek tersebut.
Dampaknya apa kalau pengusaha tidak memahami aspek keuangan dan akibatnya tidak mampu mengelola aspek keuangan kegiatan usahanya? Yang pasti mereka tidak tahu, apakah usaha mereka memberikan laba atau tidak, dan kalaupun tahu, mungkin tidak tepat memahaminya sehingga tidak bisa mengevaluasi aspek apa dalam usahanya yang boros dan yang harus dimaksimalkan lagi. Selain itu karena tidak ada laporan keuangan yang benar, maka mereka sulit mendapatkan pendanaan usaha atau menemukan mitra investor yang strategis untuk membesarkan usahanya.
Kita melihat saat ini ada usaha-usaha kuliner kategori Start-up yang dalam waktu sekian tahun menjulang ukuran usahanya, investor dari luar perusahaan berebutan menanam modal di usaha tersebut, yang nampaknya kalau diperhatikan produknya biasa-biasa saja, tidak unik sekali atau istimewa sekali. Mengapa bisa demikian? Tak lain karena laporan kinerja keuangannya bagus dan menarik banyak orang untuk bergabung menanam modal di usaha tersebut.
Aspek Rugi Laba
Aspek pertama dalam kinerja keuangan adalah kemampuan usaha menghasilkan laba, karena jika usaha mampu mencetak laba terus dan semakin ke depan laba usaha semakin tebal, maka kemampuan perusahaan untuk berkembang semakin kuat. Secara sederhana Laba adalah Penghasilan dikurangi Pengeluaran. Bagaimana meraih Penghasilan, tak lain dari menjual produk dan atau Layanan dikalikan Harga Jualnya. Artinya semakin banyak produk terjual atau layanan yang ikut bersanding bersama produk terjual maka Penghasilan akan meningkat.
Jumlah Produk terjual bisa dari sisi volume per satu barang atau dari sisi variasi barangnya yang banyak, tergantung kekuatan / spesialisasi usaha tersebut di mana, apakah di produk yang sederhana namun volumenya banyak, atau variasinya banyak namun per produk jumlahnya mungkin saja tidak terlalu besar.
Harga Jual adalah berapa Rupiah angka yang diterakan pada suatu Produk dan atau Layanannya. Semakin besar nilai Rupiah yang diterakan pada Harga suatu barang, maka Penghasilan akan meningkat. Namun pengusaha tidak bisa asal-asalan menerakan Harga Jual produk atau layanannya, karena ada faktor persaingan dan daya beli pasar. Apa gunanya harga jual diterakan mahal namun pasar tidak membeli produknya. Sebaliknya apa artinya harga jual diterakan murah dan produk dibeli banyak, namun akhirnya setelah dikurangi biaya-biaya, ternyata bukan Laba yang didapatkan melainkan rugi besar.
Biaya-biaya mencakup Biaya Produksi barang yang biasa disebut Harga Pokok Penjualan (HPP), di dalamnya adalah biaya bahan baku, tenaga kerja produksi, energi, kemasan. Lalu selain HPP juga ada biaya-biaya lain, yaitu Biaya Tetap seperti sewa Gedung, gaji karyawan, Listrik, biaya penjualan, biaya pemasaran, biaya asuransi Kesehatan karyawan, perawatan mesin-mesin, dan biaya lain-lain yang terkait agar usaha bisa berjalan.
Pengusaha kuliner harus cermat dan tepat dalam memasukkan biaya-biayanya dan bagaimana mengelola biaya-biaya tersebut agar tidak boros. Misal dalam memilih bahan baku, apakah memilih bahan baku yang murah, namun di ujungnya kualitas produk akan rendah dan tidak disukai pasar, atau sebaliknya membeli bahan baku yang mahal agar kualitas produknya tinggi namun oleh pasar tidak dipedulikan hal tersebut, sehingga kegiatan usaha tidak memiliki daya saing di pasar.
Jika dalam mengelola Biaya-biaya diperoleh kemampuan menekan biaya secara optimal dan tepat alokasinya, lalu secara penghasilan mampu mendapatkan nilai penjualan yang tinggi, maka dapat dipastikan Perusahaan sudah memperoleh poin penting untuk terus bertumbuh yaitu adanya Laba yang bagus bagi Perusahaan.
Saat ini untuk mempermudah dan mempercepat Pengusaha kuliner dalam memperoleh data Laporan Rugi Laba, sudah tersedia program akuntasi yang semakin mudah mengoperasikannya dan terjangkau harganya bagi usaha kuliner skala UMKM. Tidak perlu lagi investasi pada program yang mahal dan juga bayar konsultan keuangan yang mahal, cukup menginstal program sederhana sesuai kapasitas usaha, lalu dilatih sebentar oleh penyedia program, maka Perusahaan sudah bisa memperoleh Laporan Rugi Laba yang tepat dan cepat.
Aspek Modal dan Pendanaan
Hal lain dalam aspek pengelolaan keuangan Perusahaan adalah mengelola Modal Perusahaan. Modal bisa diperoleh dari setoran uang para pemilik Perusahaan, bisa juga dari berhutang, baik kepada Bank atau kepada Pihak non perbankan, yang pasti ada kewajiban membayar secara berkala disertai bunga. Lalu juga ada harta Perusahaan, baik harta yang lancar seperti stok barang produksi, kendaraan, uang tunai di bank, maupun harta tak bergerak seperti bangunan dan mesin-mesin produksi.
Jika Perusahaan memiliki harta yang tak berwujud seperti citra merek yang dihargai mahal oleh pihak lain, atau resep-resep yang dihargai mahal oleh pihak lain, maka itu bisa dimasukkan sebagai harta Perusahaan juga yang biasa disebut Intangible Asset (harta tak berwujud). Tak heran, mengapa Perusahaan mau membelanjakan uang untuk mengkampanyekan merek produknya, tak lain karena selain untuk meningkatkan penjualan produknya, juga untuk menaikkan nilai harta tak berwujudnya.
Konon merek makanan atau minuman terkenal di dunia, nilainya lebih tinggi daripada seluruh asset berwujud yang dimiliki Perusahaan tersebut. Hal tersebut karena publik yakin merek itu akan membuat Perusahaan tetap bisa bertumbuh mantap karena adanya merek yang kuat.
Seorang pengusaha kuliner yang handal dalam mengelola keuangan, maka dengan bermodalkan Laporan Laba yang dimilikinya, dilengkapi adanya Laporan Harta yang bagus nilainya (termasuk nilai merek produk yang tinggi), lalu kewajiban hutang yang rendah (dibandingkan Laba dan Modal Perusahaan), maka dengan mudah memperoleh pinjaman modal dari Bank atau juga bisa mendapatkan suntikan modal dari investor-investor yang melihat kondisi Perusahaan memang menarik sebagai wahana investasi karena hasil usaha Perusahaan memberikan tingkat pengembalian modal (Return on Investment = ROI) yang lebih tinggi daripada bunga deposito di bank.
Pengusaha yang handal dalam mengelola usahanya, akan pandai pula memilih model pendanaan semacam apa yang akan membawa usahanya lebih besar lagi dan lebih cepat bertumbuh karena adanya suntikan modal yang maksimal. Lalu dana yang didapatkan itu kembali akan dikelola dalam kegiatan produksi dan penjualan untuk menghasilkan Laba yang lebih besar lagi.
Pastikan Perusahaan memilih produk bahan baku yang berkualitas dan merek bahan baku dengan reputasi bagus, sehingga pasar dan investor yakin dengan kegiatan usaha tersebut. Jika memakai produk susu dan olahan susu, seperti merek Greenfields, maka selain akan membuat kinerja produksi bagus juga di mata pasar dan investor diyakini sebagai produk yang terpercaya dan handal yang membuat Perusahaan kuliner dapat terus mencetak laba. Semoga para pengusaha Kuliner bisa semakin piawai dalam mengelola keuangan usahanya.